Kota Sorong- Dalam rangka mendukung pariwisata Raja Ampat, akses penerbangan dari Bali dan Lombok serta sebaliknya harus tersedia dengan baik.
Hal itu diungkapkan anggota DPD RI Dapil Papua Barat Daya, Agustinus Kambuaya, Senin, 06 Januari 2025.
Agustinus menambahkan bahwa dirinya telah bertemu dengan pengelola Bandara DEO Sorong. Dalam pertemuan itu terungkap bahwa intensitas penerbangan di Bandara DEO Sorong meningkat.
Nah, untuk mendukung pariwisata tadi, paling tidak jumlah penerbangan perlu ditingkatkan menjadi 1002.000 dalam setahun.
” Itu yang disampaikan oleh pengelola bandara DEO Sorong,” ucap Agustinus.
Lebih lanjut Agustinus mengatakan, tak hanya jumlah penerbangan yang ditingkatkan tetapi juga pengaktifan kembali bandara perintis, seperti bandara Paniki yang ada di pulau Gag, Kabupaten Raja Ampat.
Begitu juga dengan kargo, lanjutnya, pesawat yang datang maupun yang pergi harus bisa di akses oleh semua masyarakat Papua Barat Daya.
Diakuinya bahwa layanan kargo di provinsi Papua itu sangag tinggi. Makanya, di Papua Barat Daya harus juga demikian.
Menariknya lagi, dalam setahun rute penerbangan di bandara DEO Sorong tak hanya melayani haji.
” Kalau bisa one way untuk perjalanan wisata dari Singapura maupun dari Jepang. Ini yang sekarang lagi disiapkan uji cobanya oleh pengelola bandara DEO Sorong. Hanya saja izinnya harus melalui pusat,” kata Agustinus.
Ia juga mengatakan bahwa pengakuan dari otoritas bandara DEO, paling tidak ada connecting dengan bandara-bandara kecil sehingga akses pariwisata dapat dijangkau.
Selama ini untuk turis asing tarifnya 100 ribu tetapi untuk layanan komersil dan sebagainya, bandara DEO melayani 200 hingga 300 ribu.
” Itu akumulasi keseluruhan dalam satu tahun. Artinya, ada yang datang dan pergi atau lanjut ke daerah-daerah lainnya,” ujar mantan anggota DPR Papua Barat dari Fraksi Otsus ini.
Agustinus menekankan, tingkat kemahalan perjalanan ke Raja Ampat harus dipangkas, catanya dengan mengaktifkan kembali bandara perintis.
Sekarang yang terjadi, turis datang dulu ke Sorong nginap lalu berangkat ke Waisai nginap lagi semalam barulah ke spot-spot wisata yang ada.
” Dengan biaya 15 juta bagi turus asing, mereka sudah bisa melancong ke beberapa negara lain. Makanya, awalnya mereka datang sangat berkesan tapi setelah pulang tidak balik lagi,” kata Agustinus.
Ia juga menyoroti soal bangunan tourism yang ada di bandara DEO, yang hingga saat ini belum difungsikan secara maksimal.
Bangunan tersebut menurutnya merupakan bantuan dari provinsi Papua Barat yang telah dihibahkan, apakah ke kota, angkasa pura ataukah bandara DEO.
” Yang berikut juga mengenai tempat parkir pesawat atau apron. Harus diperbanyak untuk menampung pesawat komersial, jet pribadi bahkan helikopter guna mengantisipasi kejadian emergency,” tutupnya. (Edi)