Perjalanan ke Maybrat dan Sorong Selatan selalu menjadi pengalaman yang sangat makna bagi saya. Setiap kali melewati batas kabupaten antara Sorong dan Sorong Selatan, saya tak pernah melewatkan untuk singgah di sebuah tempat istimewa: Pasar Mlabolo. Bukan hanya sekadar pasar tradisional, tempat ini adalah wajah kehidupan sederhana penuh makna yang sering kita abaikan dalam hiruk pikuk dunia modern.
Pasar Mlabolo adalah tempat di mana mama-mama Papua, dengan penuh ketekunan, menjajakan hasil kebun mereka. Di sini, aroma keladi (ubi) bakar, jagung bakar, dan berbagai makanan tradisional lainnya menyatu dengan suasana hangat khas Papua. Di setiap sudut pasar ini, tergambar cerita perjuangan dan semangat hidup yang luar biasa.
Setiap kali mampir, saya selalu menyempatkan diri membeli keladi bakar dan daging bakar, bukan hanya untuk bekal perjalanan, tetapi juga sebagai bentuk dukungan kecil bagi para pedagang. Namun, yang paling berharga bagi saya adalah momen duduk bersama mama-mama Papua, berbagi cerita tentang keseharian mereka. Dalam kesederhanaan percakapan kami, saya merasakan kehangatan yang sulit dijelaskan, sebuah pelajaran tentang keteguhan hati dan rasa syukur yang mendalam.
Melihat senyum mereka di tengah perjuangan hidup yang tak pernah mudah, saya belajar bahwa kekuatan sejati ada pada hati yang ikhlas menerima dan terus berjuang. Mama-mama ini adalah tulang punggung keluarga, menopang harapan di tengah tantangan yang tak sedikit. Mereka tetap bertahan meski bayang-bayang kesejahteraan yang dijanjikan otonomi khusus bagi rakyat Papua terasa masih jauh.
Semoga Allah senantiasa melindungi mereka, para perempuan tangguh yang menjadi inspirasi dalam setiap perjalanan saya. Pasar Mabaloh bukan hanya tempat persinggahan, tetapi sebuah cermin kehidupan yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki. Di sana, saya menemukan arti kehidupan yang lebih mendalam, tersimpan di balik aroma keladi bakar dan cerita-cerita perjuangan. (ones semunya)