SORONG, matahariindonesiatimur.com – Pelaksanaan pesta demokrasi Pemilukada gubernur dan wakil gubernur 2024 khususnya di Provinsi Papua Barat Daya sangat indah karena dalam pelaksanaannya tidak terdengar adanya kasus politik uang yang acap kali terjadi setiap kali pemilukada.
Perubahan ini membuat politikus senior asal Maybrat, Papua Barat Daya, Origenes Nauw mengatakan demokrasi di Papua Barat Daya dalam rangka Pemilukada gubernur sangat indah dan dapat dijadikan roll model atau contoh bagi daerah lain di Indonesia.
“Saya melihat ada perkembangan yang sangat baik terutama dari perilaku pemilih yang mana dalam pelaksanaan pemilukada dua tahun pertama faktor dominan yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih pimpinan berdasarkan faktor primordialisme seperti SARA termasuk suku, agama, golongan,” ujar Origenes Nauw kepada media ini di salah satu hotel di kawasan Kampung Baru, Kota Sorong, Minggu (1/12/2024).
Lanjut Origenes, sementara faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih dua kali pemilu belakangan ini adalah politik uang yang sangat masiv, jadi masyarakat memilih karena dibayar ini suatu hal yang sangat memprihatikan dalam demokrasi. Hal inilah juga yang membuat sehingga cost politik menjadi tinggi dan akan berdampak ketika kepala daerah terpilih berkuasa, dia akan memikirkan bagaimana cara untuk mengembalikan cost politik yang sudah dikeluarkan saat pelaksanaan pemilihan
Dikatakan Origenes, kita banyak mendapat informasi terkait kepala daerah bermasalah hukum yang berakhir di penjara itulah konsekwensi yang harus dipikul oleh seorang kepala daerah yang saat tahapan Pemilukada menjalankan program serangan fajar, jadi ketika memimpin dia harus membayar kembali politik uang saat pelaksanaan pemilukada.
“Kemarin saat Pelaksanaan Pemilukada, saya tidak tahu dengan kandidat lain tapi khusus pasangan nomor urut 3, Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau tidak ada serangan fajar dan itu perintah resmi dari Cagub dan Cawagub untuk tidak melakukan gerakan serangan fajar,” tegas Origenes.
Lanjut Origenes, kita percaya dengan pilihan masyarakat karena kita selalu berkomunikasi dengan masyarakat sekian lama dan masyarakat juga antusias karena dengan kondisi otentik daerah yang selama ini dari pemimpin satu ke pemimpin berikut tidak pernah menghadirkan solusi terhadap persoalan yang masyarakat hadapi dalam berbagai bidang kehidupan,” ungkap Origenes.
Jadi kata Origenes, masyarakat pada umumnya mengharapkan hadirnya sosok pemimpin baru yang membawa visi misi perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat , dan inilah modal politik yang dimiliki oleh pasangan Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau. Kehadiran Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau dengan pokok-pokok pikiran yang menyentuh apa yang menjadi kerinduan dan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Ditambahkan Origenes, spontanitas masyarakat tanpa bayaran untuk memilih pemimpin terbukti dengan hadirnya mereka pada saat kampanye terakhir di Stadion Wombik Km 16 Kota Sorong pada tanggal 23 Nopember 2024.
“Saya melihat dari dua indikator yaitu ketika kampanye terakhir yang dilaksanakan di Stadion Wombik, masyarakat datang berbondong-bondong. Untung kami sudah batasi untuk tidak datang dalam jumlah besar, kalau hari itu kami tidak batasi saya yakin Kota dan Kabupaten Sorong akan jadi kota mati dan areal Stadion Wombik tidak mampu menampung masyarakat yang datang,” ujar Origenes.
Ini menunjukan bahwa masyarakat sudah tahu siapa pemimpin yang akan muncul untuk membuat perubahan dengan gaya kepemimpinannya yang baik dan dekat dengan masyarakat yang selama ini didambakan yang mampu merubah kondisi yang selama ini masyarakat hanya dijadikan sebagai objek dalam pembangunan.
Yang kedua adalah saat momentum pada hari pencoblosan. Kami tim semuanya tidur nyenyak begitu juga dengan bapak Elisa Kambu dan Bapak Ahmad Nausrau dan bangun pagi langsung menuju ke TPS untuk memilih. Kami tidak melakukan gerakan apapun seperti mengajak orang dengan memberikan imbalan untuk pergi ke TPS atau gerakan lainnya.
Yang luar biasa kata Origenes, setelah pencoblosan masyarakat rela berdiri berjam-jam untuk menunggu hasil perhitungan suara di TPS yang kemudian masing-masing dari mereka mengirimkan hasil tersebut ke madia centere ESA. Mereka juga bergotong royong belanja dan masak makanan untuk dimakan bersama di TPS.
Dikatakan Origenes, kemenangan tanpa politik uang adalah sesuatu hal yang dirindukan oleh pimpinan nasional kita, bahwa dalam rangka semangat untuk konsolidasi demokrasi kita, dari demokrasi yang simbolik menjadi demokrasi yang substansial dan berkualitas.
“Ini sudah dimulai jaringan pemilu ini terutama di Provinsi Papua Barat Daya ini. Nanti lihat kedepan 2029 ini akan menjadi roll model atau contoh bagi banyak daerah di negara ini,” ujar Origenes.
Lanjut Origenes, kedepan orang tidak melihat siapa punya banyak uang tetapi melihat siapa yang mempunyai kompetensi dan kualitas terutama yang punya hati untuk rakyat dan selalu ada dengan rakyat. rakyat sakit dia sakit, rakyat senang dia senang, ketika rakyat makan dia makan, rakayat belum makan dia belum bisa tidur, pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan kedepan karena pembangunan kita 20-30 tahun ini bersifat piramida keatas yang menikmati hanya sekelompok elite diatas ketimbang masyarakat dibawah. (jason)