SORONG, matahariindonesiatimur.com – Anggota TNI Angkatan Laut yang berjumlah kurang lebih 6 orang termasuk satu oknum perwira berpangkat kapten diduga melakukan pemukulan, pengeroyokan dan penganiayaan terhadap warga Kampung Salak Kelurahan Klawasi, Distrik Sorong Barat, di pantai wisata Kaisarea, Kelurahan Suprau Distrik Maladu-Mes, Kota Sorong pada Minggu malam sekitar pukul 23.00 Wit (jam 11 malam).
Korban pemukulan dan pengeroyokan, Mustakin Sulle yang ditemui awak media, Jumat 8 Nopember 2024 menceritakan peristiwa yang dialaminya pada malam kejadian.
Kata Mustakin, sebelum kejadian, korban bersama temannya Lewi (anggota Brimob) sedang duduk-duduk di lokasi wisata pantai Kaisarea, Kelurahan Suprau, Distrik Maladumes, Kota Sorong ketika mereka akan pulang terlihat ada sepasang muda mudi yang bertengkar kemudian teman korban mendekat dan memberikan naseahat agar mereka berdamai akhirnya mereka berdamai. Namun pada saat yang bersamaan datang oknum perwira TNI AL yang bernama Ferry dan langsung memegang tangan saya dan lelaki yang bertengkar dengan pacarnya dan dibawa ke ujung pantai yang kondisi gelap.
“Mereka membawa kami berdua saya dengan laki-laki yang bertengkar dengan pacarnya ke pantai paling ujung yang kondisinya gelap lalu menginterogasi kami berdua,” ujar Mustakim.
Dikatakannya, oknum perwira TNI AL bernama Ferry itu kemudian bertanya kamu anggota ya, saya jawab bukan. Tak lama berselang lama saya disuruh buka baju saat akan membuka baju saya ditendang di bagian dada sebelah kiri.
“Berkali-kali saya katakan saya bukan anggota, tetapi oknum perwira berpangkat kapten itu beserta anak buahnya tak memperdulikan jawaban saya. Mereka terus saja melakukan pemukulan terhadap diri saya, akibatnya kedua mata saya bengkak dan biru kehitaman bahkan sampai mengeluarkan darah sama dengan hidung juga mengeluarkan darah. Leher bagian belakang dan rahang saya bengkak dan masih terasa sakti membuat hingga saat saya diwawancarai ini belum bisa makan cuma minum saja.
“Tidak merasa puas melakukan pemukulan, oknum perwira beserta anggotanya memeriksa HP dan identitas saya akan tetapi mereka tidak menemukan satu barang bukti atau tanda-tanda bahwa saya adalah seorang anggota,” kata Mustakim sembari manambahkan bagasi motor saya pun ikut digeledah. Bahkan ada suara yang mengatakan ikat saja kakinya baru buang ke laut dan saya juga diancam akan digorok lehernya. Saya juga diancam mau di bawa ke kantor polisi dan pos marinir.
Tak berselang lama datanglah beberapa anggota yang selanjutnya membawa saya ke Mako Brimob. Sesampainya di Mako Brimob, salah satu dari anggota mengenali saya lalu menanyakan kejadian yang saya alami. Tak begitu lama, saya kemudian diantar pulang ke rumah di Kampung Salak.
Setelah tiba di rumah saya laporkan ke ibu saya bahwa saya dipukul dan dikeroyok oleh oknum perwira TNI AL dan anggotanya. Tidak menunggu lama ibu saya langsung mendatangi Kantor POM AL yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso untuk melaporkan kejadian yang memimpa Mustakim Sulle. Setelah membuat laporan saya dan ibu diantar oleh 2 anggota POM AL untuk melakukan visum di RSAL dr Oetojo Sorong terhadap anak saya, namun disayangkan hingga saat ini (kemarin) hasil visumnya belum diberikan oleh pihak rumah sakit.
Sementara itu Wadan Pomal Lamtamal XIV Sorong, Mayor Anton Sugiharto saat dikonfirmasi mengakui bahwa telah menerima laporan dari masyarakat.
“Memang benar, kami telah menerima laporang dari masyarakat namun saat ini kami masih ada dalam penyelidikan sehingga saya belum bisa memberikan keterangan secara detail tetapi apabila sudah ada hasil penyidikan maka kamijuga akan memberitahu kepada teman-teman wartawan,” ujar Anton Sugiharto.
Anton juga mengakui bahwa hasil visum dari RSAL dr Oetojo belum juga diterima. Namun kami akan menyurati pihak rumah sakit Oetojo untuk meenyerahkan hasil visum guna proses hukum.(**)