
MatahariIndonesiaTimur.com, Wamena-
Panitia Khusus (Pansus) DPR Papua Pegunungan menggelar kunjungan kerja untuk menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia terhadap pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan.
Dipimpin langsung oleh Ketua Pansus, Yosia Busup, S.Sos, dan Wakil Ketua Kamilus Logo, S.IP, tim Pansus mengunjungi sejumlah proyek yang menjadi temuan BPK, yang dinilai bermasalah baik dari sisi fisik maupun administrasi.
Dalam kunjungan ke kawasan Megapura di Kabupaten Jayawijaya, Pansus meninjau langsung lokasi pembangunan Kampus Universitas Balim Papua (Uniba) tanpa tanda-tanda adanya pekerjaan konstruksi, meskipun kontraktor proyek sudah menerima uang muka dengan rencana angaran diperkirakan sekitar Rp13 miliar.
“Tidak ada timbunan, tidak ada aktivitas pembangunan. Ini sangat kami sesalkan. Kampus ini seharusnya mencetak SDM unggul Papua, tapi malah tak disentuh sama sekali, pihak ketiga tidak punya hati sekali soal ini,” ujar Kamilus.
Pansus juga menyayangkan sikap kontraktor yang enggan memberikan salinan kontrak kerja kepada tim, dengan berbagai alasan.
“Kami sudah minta data kontrak, tapi tak kunjung diberikan. Ini aneh dan sangat mencurigakan,” tambahnya.
Lokasi kedua yang dikunjungi adalah lapangan futsal di tepi Kali Ueema, Fasilitas olahraga ini dibangun di tengah hutan tak ada penghuni tanpa perencanaan matang. Ironisnya, meski pembangunannya menghabiskan dana lebih dari Rp8 miliar, lapangan tersebut kini dalam kondisi rusak.
“Pagarnya sudah patah, lantainya mengelupas, tidak ada lampu sorot, bahkan tribun penonton pun tak ada. Dibangun lalu dibiarkan begitu saja. Mubazir!” tegas Logo.
Perjalanan dilanjutkan ke Distrik Napua, lokasi proyek lapangan bola voli senilai lebih dari Rp4 miliar. Kondisinya pun tak kalah memprihatinkan. Lantai lapangan mengelupas, dan tiang voli hanya menggunakan kayu kecil yang dilapisi tipis, jauh dari standar konstruksi olahraga.
“Kontraktornya sama, hanya beda nama perusahaan. Kami curiga ini hanya modus menghindari temuan. Kualitas pekerjaannya sangat buruk,” tandas Kamilus.